" Bersama PKS )|( , Membangun Magelang, Menuju Indonesia yang Adil dan Sejahtera, dengan : Cinta, Kerja, Harmoni "
Home » » Kepemimpinan Akal Budi

Kepemimpinan Akal Budi

Written By PKS KOTA MAGELANG on Selasa, 14 Mei 2013 | 14.5.13

ilustrasi (.Inet).
PKS KOTA MAGELANG -- [Oase], Dari Abu Hurairah r.a, katanya: "rasulullah saw, pada suatu hari atau suatu malam keluar, kemudian tiba-tiba bertemu dengan Abu Bakar r.a dan Umar bin Khatab r.a. Lalu beliau bertanya:" Apakah yang menyebabkan engkau berdua keluar ini?" Keduanya menjawab:" karena lapar ya rasulullah." Beliau lalu bersabda :" Adapun saya, demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, niscayalah yang menyebabkan saya keluar ini adalah sesuatu yang juga menyebabkan engkau berdua keluar (yakni karena sama-sama lapar). Ayolah pergi." Keduanya kemudian pergi bersama rasulullah, mendatangi lelaki dari kaum anshar. Melihat rasulullah dan dua orang sahabanya, lelaki itu berkata: "Alhamdulillah, tiada seorang pun yang pada hari ini mempunyai tamu-tamu yang lebih mulia dari tamuku. Ia lalu pergi kemudian kembali dengan membawa sebuah batang kurma. Lalu pergi lagi untuk menyembelih kambing untuk tamunya. Kemudian mereka makan kambing itu juga kurma dari batang kurma tadi, serta minum pulalah mereka. Setelah semuanya kenyang, rasulullah bersabda:" Demi zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, niscaya engkau semua akan ditanya mengenai kenikmatan yang engku rasakan ini pada hari kiamat".
 
Kesejahteraan, dalam teori kepemimpinan modern, adalah indikasi keberhasilan seorang pemimpin. Ini yang menyebabkan, hampir semua para calon pemimpin di masa ini menjanjikan berbagai hal untuk menuju ke sana. Kesejahteraan dan kemakmuran. Tapi tidak bagi rasulullah. Kemakmuran bukan sesuatu yang dituju. Bahkan sangat dikhawatirkan. Keluasan ilmu yang diberikan oleh Allah SWT kepada beliau, menjadikan terlalu naïf bagi beliau untuk menjanjikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi ummatnya. Sebab beliau sadar, tak akan mampu menghadirkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Juga bukan karena untuk itu rasulullah di utus.
 
Rasulullah di utus untuk kepentingan risalah. Semua yang rasulullah lakukan, adalah untuk kepentingan risalah. Demikian juga kepemimpinan yang kemudian beliau genggam. Ini lalu menjadi penanda bagi model kepemimpinan yang diteruskan n sahabat-sahabat beliau. Kepemimpinan adalah untuk menjaga agar risalah senantiasa berjalan. Oleh sebab itu, tak ada janji kemakmuran dan kesejahteraan yang keluar dari cakap rasulullah dan para pemimpin sesudahnya. Tak ada janji, maka tak ada dusta. Tak ada manipulasi data. Tapi, lihatlah hasilnya, sesuatu yang melampaui kemakmuran dan kesejahteraan: hidup yang penuh berkah. Kemampuan untuk memenuhi apa yang menjadi tuntutan/keinginan rakyat, menjadi indikasi lain bagi keberhasilan seorang pemimpin.
 
Di zaman ini. Ini yang menyebabkan, hampir semua pemimpin di zaman ini, sibuk untuk memenuhi apa yang diinginkan oleh rakyatnya. Ini pula, yang seringkali menyebabkan kejatuhannya. Rasulullah tidak melakukan hal ini. Ia tidak sibuk berjanji dan mengusahakan apa yang diinginkan oleh rakyatnya. Tapi melakukan sesuatu yang jauh melampui hal itu: membentuk keinginan rakyatnya. Ketika kekayaan dan status sosial menjadi standar bagi kemuliaan seseorang, lalu sebagian besar menginginkannya, rasulullah justru mengajarkan kemulian zuhud terhadap dunia. Ketika banyaknya harta dan anak menjadi standar bagi kemuliaan seseorang, lalu sebagaian besar orang mengharapkannya, rasulullah justru mengajarkan kemuliaan syahid di jalan risalah. 
 
Ketika menimbun kekayaan menjadi adat, lalu orang-orang berlomba melakukannya, rasulullah justru mengajarkan keindahan berbagi untuk sesama. Rasulullah tidak berusaha memenuhi apa yang diinginkan oleh rakyatnya, tapi mengkreasikan keinginan yang menjadi kehendak rakyatnya. Kepemimpinan risalah adalah kepemimpinan yang menjaga agar roda kehidupan masyarakat senantiasa berjalan atas koridor risalah. 
 
Kepemimpinan risalah bukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan, juga bukan untuk terpenuhinya keinginan. Hukum lalu menjadi panglima. Penyucian jiwa menjadi langkah utama. Akal dan hati dipersatukan. Maka tak ada keputusan yang tak bisa dijelaskan secara logis dan rasional. Tak ada keputusan yang menjadikan hati penerimanya bergolak. Yang muncul dari cakap adalah ilmu dan hikmah. Berjalan mengikuti langkah mereka adalah keteladanan. Lalu sejarah mencatat keberhasilan yang gegap gempita. [Ibnu Ahmad]
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Template Created : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2012. PKS KOTA MAGELANG - All Rights Reserved
ReDesign by PKS KOTA MAGELANG
Powered by Blogger