Oleh : Sri Kusnaeni, S.TP. ME
PKS KOTA MAGELANG - Dalam kehidupan keluarga, tidak dapat
dipungkiri, kita akan berhadapan dengan berbagai problema, yang
berkaitan erat dengan kelemahan/kekurangan dari masing-masing kita
sebagai pasangan. Ini adalah bagian dari sunnatullah, setiap kita punya
kelemahan, di samping bahwa setiap kita punya
kelebihan/keutamaan/keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Kalau Imam Ghazali mengatakan bahwa hidup ini adalah antara sabar dan
syukur, iman itu separuhnya adalah syukur, dan separuhnya lagi adalah
sabar, maka demikian juga dengan kehidupan suami istri dalam keluarga.
Kadang, pada saat tertentu, seorang suami yang harus bersabar, dengan
kelakuan istri yang kurang berkenan di hatinya, dan pada saat itu istri
bersyukur karena memiliki suami yang sabar. Di lain kesempatan, giliran
istri yang harus bersabar, melihat kekurangan/kelemahan suami, sementara
suami perlu bersyukur karena istrinya bisa bersabar.
Saya
teringat dengan satu kisah (entah fiksi atau nyata), yang pernah saya
dengar dari seorang ustadz yang juga psikolog. Ada sepasang suami istri,
sang suami wajahnya biasa-biasa saja, sementara istrinya sangat cantik
(secara umum penilaian orang demikian). Suatu kali, suami pulang ke
rumah dengan membawa uang yang cukup banyak, dan langsung diberikan
kepada istrinya. Kemudian suami berangkat kembali. Ketika pulang kembali
ke rumah, suami menyatakan, uang yang kemarin telah dimanfaatkan untuk
apa? Tapi ternyata istri sama sekali tidak ingat bahwa suami telah
memberikan uang, ia benar-benar lupa, di mana ia menyimpannya, sementara
beberapa hari kemarin, ia telah beres-beres rumah, dan ia baru teringat
bahwa bungkusan uangnya telah ikut terbuang ke tempat sampah saat
beres-beres rumah. Jadi, ternyata, istrinya yang wajahnya sangat cantik,
memiliki kekurangan, orangnya pelupa. Untungnya suaminya mampu
bersabar, menghadapinya kejadian tersebut. Kisah ini menjadi salah satu
contoh bahwa kehidupan suami istri, memang antara ‘sabar dan syukur’.
Kemarin2 istri yang harus banyak bersabar, punya suami yang wajahnya
biasa-biasa saja, dan suami yang banyak bersyukur, karena memiliki istri
yang sangat cantik. Dengan kejadian tersebut, suami yang harus
bersabar, karena istrinya pelupa, dan istri yang bersyukur karena,
suaminya tidak marah dengan kejadian tersebut.
Keharusan sabar dan
syukur seperti di atas, pasti dihadapi oleh seluruh pasangan suami
istri. Tanpa kecuali. Kadang seorang istri harus bersabar melihat
kelakuan suami yang belum berubah, meski berkali-kali diingatkan, suami
masih sering menumpuk dan menggantung baju di ata kapstok kamar. Kadang
suami yang harus bersabar, mendapati istrinya yang nggak
terampil-terampil mengoperasikan komputer, meski berkali-kali tela
diajari oleh suaminya. Kadang suami yang merasa begitu bersyukur, punya
seorang istri yang pandai menata rumah agar nyaman, kadang istri yang
merasa begitu bersyukur, punya suami yang begitu perhatian terhadap
pendidikan anak-anak.
Sabar dan syukur. Inilah dua kunci yang
harus selalu kita siapkan, untuk membuka pintu kebahagiaan dalam
kehidupan keluarga, dalam kehidupan suami istri. Tanpa menyiapkan kunci
tersebut, jangan berharap kita bisa membuka pintu-pintu kebahagiaan
dalam kehidupan berumah tangga. Boleh jadi kebahagiaan itu akan terus
bersembunyi di balik tembok –tembok yang kokoh, di balik pintu yang
tertutup. Kebahagiaan hanya akan menjadi milik orang lain. Kalau ada
pepatah yang berbunyi “rumput tetangga lebih hijau”, seseorang cenderung
melihat orang lain yang bahagia, dengan ungkapan: “enak yah, tetangga
kita bisa begini begitu, suami/istrinya bisa begini begitu”.
Ungkapan-ungkapan semacam ini muncul, boleh jadi karena konsep sabar dan
syukur belum diamalkan. Dia menganggap, hanya dirinya yang berhadapan
dengan masalah, orang lain tidak punya masalah, semua lurus-lurus saja,
suaminya baik-baik saja, istrinya baik-baik saja. Padahal, sejatinya
setiap suami, setiap istri, mereka memiliki kekurangan, memiliki
masalah. Yang perlu dicatat adalah bahwa masalah dan kekurangan orang
itu berbeda-beda. Dan yang perlu dicatat juga adalah bagaimana
kekurangan/kelemahan yang ada, bisa secara bijaksana kita perbaiki,
dengan sentuhan cinta dan kasih sayang.
Jika kita masih menghadapi
kesulitan untuk mengaplikasikan “sabar dan syukur”,sebaiknya
banyak-banyaklah kembali membaca hadis berikut “ Sungguh menakjubkan
orang beriman,semua urusannya baik bagi dirinya. Dan itu tidak akan
terjadi kecuali pada orang beriman. Apabila diberi sesuatu yang
menyenangkan, ia akan bersyukur, dan apabila diberi musibah/sesuatu yang
tidak menyenangkan, ia akan bersabar. Dan kedua-keduanya baik baginya”
(Hadits Riwayat Muslim). Hal lain yang harus kit lakukan adalah selalu
mendekat kepada Dzat yang maha sabar (shabuur), dan Dzat yang maha
bersyukur (Syakuur), Allah swt. Insya Allah kita akan menjadi orang yang
bisa mudah bersabar dan bersyukur, dalam menghadapi setiap hal dalam
kehidupan berkeluarga. Wallahu a’lam bishawab. [dakwatuna.com]
-----
0 komentar:
Posting Komentar