Seiring berjalannya waktu, nama Masjid Jami’ diubah menjadi Masjid Agung. Perubahan nama ini juga diikuti dengan merenovasi bangunan masjid.
Renovasi pertama kali dilakukan pada 1932. Saat itu, Magelang dipimpin oleh Sajid Achmad bin Saidanu Sugondo, Bupati Magelang ke-4.
Renovasi dilakukan dengan memperluas bangunan, di antaranya menambah serambi utara, selatan, dan sisi depan.
Renovasi berikutnya dilakukan atas prakarsa bersama Bupati Magelang dan Walikota Magelang pada 1980-1981. Saat itu, dibangun serambi yang berukuran 6 x 20 meter serta sebuah menara masjid. Dibuat pula pagar di sebelah utara serta tanah halaman masjid diratakan dengan paving blok.
Renovasi demi renovasi ini membuat Masjid Agung Magelang semakin megah dan cantik. Maka itu, tak salah jika Anda meluangkan waktu untuk menyinggahi masjid ini ketika suatu kali berkesempatan mengun jungi Magelang.
Tak Pernah Sepi Aktivitas
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Magelang ternyata mampu memfungsikan diri sebagai ruang sosial bagi masyarakat di sekitarnya. Pengelola masjid ini tak pernah bosan menggelar beragam kegiatan yang bertujuan memakmurkan masjid ini.
Salah satu kegiatan itu adalah pengajian rutin yang digelar setiap 35 hari sekali atau dikenal sebagai selapanan.
Sejak 1980-an, Masjid Agung Magelang menyelenggarakan pengajian selapanan setiap Ahad Pahing. Peserta pengajian ini bukan hanya jamaah berusia muda, melainkan juga para lansia.
Di bulan Ramadhan, masjid ini semakin semarak dengan beragam kegiatan amaliah Ramadhan. Jamaah yang datang pun jauh lebih banyak dari biasanya.
Kegiatan yang diselenggarakan, antara lain shalat tarawih, pengajian rutin, dan tadarusan. Dalam tadarusan Ramadhan, biasanya dilakukan hingga dua kali khatam Alquran. [end] [republika.co.id]
0 komentar:
Posting Komentar