Suasana Lomba Kitab Kuning | RPF Jateng |
Dia menceritakan, awalnya memang banyak juga yang ingin mendaftar, tapi yang bisa ikut dari Kota Magelang ini hanya tiga orang. Karena hanya tiga orang dia sempat kelimpungan untuk mencari tumpangan. Akhrinya ketiga peserta itu dititipkan ke DPD kabupaten Magelang.
“Alhamdulillah wakil dari Kota Magelang Taufan Nisaburi mendapat Juara Harapan dua,” kata Faisal diiringi senyumnya.
Musabaqah Kitab Kuning ini, masih kata Faisal, memang baru pertama kali diadakan di PKS. Menurutnya, kegiatan ini sangat memotivasi kader PKS agar mengkaji ilmu-ilmu Islam lebih dalam lagi. Dengan adanya lomba ini kader-kader PKS jadi memiliki suasana dan semangat belajar seperti di pesantren.
“Insya Allah tahun depan kemungkinan besar akan diadakan lagi, jadi pesertanya bisa lebih siap,” kata Faisal.
Untuk itu, Faisal berharap, lembaga-lembaga milik PKS hendaknya mengadakan program khusus kajian kitab kuning ini. Tujuannya, agar para kader bisa menguasai kitab kuning, sebab kalau lewat jalur pribadi saja akan sulit. “Harus ada lembaga yang nuansanya seperti di pesantren itu,” beber Faisal.
Dia mengingatkan sebagai umat Islam, mengkaji agama Islam harus langsung dari sumbernya. Dalam kaca pandang Faisal, kitab kuning yang ditulis kalangan ulama salaf tentu lebih dekat dengan Rasulullah saw.
“Ditengah gempuran paham liberal —yang mengkaji Islam dari kitab putih, alias tidak jelas periwayatannya— lomba kitab kuning sangat tepat,” tutur Faisal.
Lomba kitab kuning sarana silaturahim PKS dengan pesantren
Lomba kitab kuning ini, masih kata Ustadz Faisal, juga sebagai salah satu sarana silaturrohim antara PKS dengan pesantren-pesantren di seluruh nusantara.
Memang sejauh ini kebanyakan yang mengkaji kitab kuning dari kalangan pesantren. Karena kitab kuning inikan ditulis dengan bahasa arab, tanpa harakat. Jadi harus menguasai bahasa arab, nahwu dan sharafnya. “Sekarang kan banyak yang ngaku ustadz tapi tidak menguasai ilmu alatnya (dasar),” katanya mengingatkan.
Jadi siapapun dia, selama masih menjadi muslim, sudah seharusnya belajar bahasa Arab. Karena Al-Quran itu berbahasa Arab, minimal tahu artinya. “Mudah-mudahan dengan acara ini, kader PKS jadi tambah semangat untuk belajar bahasa arab,” pungkas Faisal.
Memang sejauh ini kebanyakan yang mengkaji kitab kuning dari kalangan pesantren. Karena kitab kuning inikan ditulis dengan bahasa arab, tanpa harakat. Jadi harus menguasai bahasa arab, nahwu dan sharafnya. “Sekarang kan banyak yang ngaku ustadz tapi tidak menguasai ilmu alatnya (dasar),” katanya mengingatkan.
Jadi siapapun dia, selama masih menjadi muslim, sudah seharusnya belajar bahasa Arab. Karena Al-Quran itu berbahasa Arab, minimal tahu artinya. “Mudah-mudahan dengan acara ini, kader PKS jadi tambah semangat untuk belajar bahasa arab,” pungkas Faisal.
Sebelumnya:
0 komentar:
Posting Komentar