Rohadi, wakil bupati Karanganyar
menganjurkan untuk melarisi produk lokal daerahnya pada seluruh peserta Kopdar
Komunitas Kreatif Jawa Tengah yang tengah bersiap melakukan eksplorasi potensi
lokal daerah yang tersebar di Tawangmangu pada Ahad (13/3).
"Datanglah ke Karanganyar dan belilah produk lokalnya di warung-warung lokal," himbau Rohadi dalam sambutannya pagi tadi didepan ratusan peserta Kopdar Humas PKS Se-Jateng.
Molen Imut nan Manis, Camilan Khas
Tawangmangu
Tim Humas DPD PKS Kota Magelang beramai-ramai menikmati Molen Imut nan Manis Tawangmangu (13/3) | Fotografer: Agung J.S. |
Molen, merupakan camilan yang
sudah tidak asing lagi terdengar di telinga warga Tawangmangu. Bentuknya yang
lebih kecil dari kebanyakan molen lain, membuat kesan imut bagi wisatawan yang
mampir membeli. Selain imut, molen khas Tawangmangu juga manis, selain karena
isian molen berasal dari Pisang Bawen Tanduk yang terkenal manis, juga karena adanya
tambahan gula halus yang dikemas dalam plastik kecil sebagai pelengkap sajian.
"Karena ukuran Molen yang kecil-kecil imut, saya menjadi tidak bosan saat menikmatinya apalagi ditambah dengan bubuk gula yang bisa dicocol untuk menambah rasa manis," komentar Woro Isti Palupi (ketua humas DPD PKS Kota Magelang) atas pengalaman barunya.
Pisang Bawen Tanduk |
Pisang Bawen Tanduk memiliki
kenampakan warna kuning emas, bentuk seperti tanduk panjang, dan rasa manis
yang khas, serta tidak cepat busuk walau kenampakan kulit pisang berbintik
hitam.
"Berbeda dengan jenis pisang jenis lainnya, Pisang Bawen Tanduk memiliki kekhasan tersendiri. Jika pisang semakin lama disimpan, maka rasa pisangnya akan semakin manis dan tidak pula cepat busuk," terang Warsi (28) yang sudah berjualan selama 5 tahun di jalan Raya Lawu 50 meter sebelah timur Pasar Wisata Tawangmangu pada Ahad (13/3).
Warsi memotong-motong pisang Bawen tanduk dengan cekatan |
Warsi (28) tengah membalut potongan pisang dengan adonan tepung terigu yang sudah dibuat Darni (35) |
Warsi (28) terlihat sedang menggoreng Molen |
"Kalau bisa, balutan tepung terigunya jangan terlalu tipis, agar hasil gorengannya nanti bisa garing dan tidak terlalu berminyak," jelas ibu yang telah dikaruniai dua anak ini.
Ratusan molen yang telah siap dijajakan |
Molen Imut nan Manis khas
Tawangmangu, cocok dijadikan camilan dan oleh-oleh baik warga lokal maupun
wisatawan. Tidak hanya warga lokal yang berlalu lalang, tetapi banyak juga wisatawan
luar kota menjadi penikmat Molen khas Tawangmangu ini. Ada juga yang memesan
molennya sebagai oleh-oleh kaum kerabat dan keluarga sebagai tombo kangen
(obat rindu.red). Bagi yang ingin membelinya sebagai oleh-oleh, Warsi
menyarankan agar membeli yang masih dalam keadaan setengah matang karena lebih
tahan lama.
"Molen dalam kondisi masih setengah matang, kualitasnya masih bisa bertahan dengan baik selama dua pekan jika disimpan dalam kulkas,” ungkap Darni yang pernah melayani pembeli dari luar kota seperti Jakarta dan Bali dengan jumlah pesanan hingga 10 kardus.
Sebelum berjualan molen, Warsi
sudah terlebih dahulu berjualan ayam goreng. Selama satu tahun berjualan ayam
goreng, Warsi sekaligus membantu kakaknya yang memiliki usaha dagang molen dan
gorengan. Saat itulah ia mendapatkan pengalaman berjualan molen dan gorengan.
“Saat berjualan ayam goreng, waktu luang yang tersisa saya gunakan untuk membantu kakak berjualan molen dan gorengan. Pada awalnya saya sama sekali tidak berfikir untuk membuka usaha seperti kakak saya,” kenang Warsi.
Omset bisnis gorengan dan molen
Warsi dan Darni pada hari-hari biasa dapat mencapai Rp 300.000,00 hingga Rp
500.000,00, sedang pada masa liburan bisa mencapai dua kai lipatnya. Dalam
sehari produksi, Warsi dan Darni bisa menghabiskan pisang satu tundun dan 8-12
Kg tepung terigu. Hanya dengan merogoh kocek seribu rupiah, anda dapat
menikmati kelezatan tiga buah Molen Imut nan Manis khas Tawangmangu.
Ketika ditanya perihal persaingan
antarpedagang molen dan gorengan di kawasan Pasar Wisata Tawangmangu, Bu Darni
menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada persaingan. Harga disetiap penjual
sama, yang membedakan hanya di resep komposisi adonan tepungnyayang dapat
mempengaruhi rasanya.
"Tidak ada persaingan, karena Allah yang kasih rezeki. Kalau rasanya enak, pasti tuman (ketagihan.red)," ungkapnya sambil membalik molen di penggorengan dengan panas minyak yang bergejolak.
Keyakinan bahwa rezeki itu sudah
diatur Allah, ternyata terbukti benar. tidak lama kemudian datanglah seorang
pelanggannya yang berhasil kami wawancarai. Riani (25) salah satu pelanggannya menyatakan kepuasan terhadap
kualitas molen yang dijual Bu Warsi.
"Hm.. alasannya ya karena rasa molennya enak, kalau ke Tawangmangu pasti mampir beli ini dulu," ungkap Riani wisatawan asal Solo.
Lokasi gerobak Warsi dan Darni di Jalan Raya Lawu |
Fotografer: Agung J.S. | RPF Kota Magelang
0 komentar:
Posting Komentar