Kepala Dinas Pengelola Pasar (DPP) Kota Magelang Joko Budiyono mengatakan, rencana sebelumnya penataan Pasar Rejowinangun bisa tuntas tahun 2015 lalu. Namun, anggaran yang sudah siap untuk pembangunan gagal lelang dua kali.
”Kita optimis tahun ini penataan pasar bisa teralisasi. Nanti pedagang lesehan bisa dijadikan satu. Saat ini memang mereka tersebar, di lantai satu dan dua,” kata Joko, kemarin.
Menurut dia, pedagang lesehan yang mayoritas menjajakan aneka sayuran, saat ini kondisinya belum tertata sepenuhnya. Bahkan, puluhan pedagang ini sebagian menggunakan fasilitas parkir sehingga kesannya membuat kondisi pasar semrawut.
”Setelah dibangun, nanti kita juga sediakan meja. Biar bersih dan tertata rapi, pengunjung nyaman sehingga pasar pun jadi ramai. Itu targetnya,” tandasnya.
”Ini juga untuk menyediakan pedagang Pasar Tarumanegara,” ucapnya.
Sementara itu, Kasi Penataan dan Pemberdayaan PKL, DPP Kota Magelang, Marjinugroho menambahkan, keramaian pasar terbesar di eks-Karesidenan Kedu ini sudah mulai terlihat. Hal itu ditandai, mulai ramainya los khusus eks-PKL Pecinan yang ditempatkan di lantai dua sisi barat Pasar Rejowinangun.
”Dulu memang sepi tempat itu, apalagi sejak baru pindah. Tapi sekarang sudah mulai kelihatan ramainya. Pedagang pun sudah mulai memenuhi losnya masing-masing yang dulu bolong-bolong,” katanya.
Ia meminta, para PKL yang kini sudah alih status menjadi pedagang pasar tidak usah khawatir dagangannya tak laku. Sebab, pihaknya akan terus mendorong Pasar Rejowinangun bisa menjadi pusat perbelanjaan tradisional semi modern yang setiap harinya selalu ramai dikunjungi.
”Kita akan terus beri pendampingan dan pemberdayaan kepada para pedagang, juga bersama-sama pascarelokasi kawasan itu akan jadi ramai. Tidak usah khawatir,” tuturnya.
Salah satu pedagang ayam goreng di gerbang timur Pasar Rejowinangun, Lutfi mendukung upaya Pemkot Magelang apabila hendak merelokasi pedagang lesehan dan PKL di kawasan itu menuju lantai dua. Meskipun ia mengakui, kepindahan itu tak langsung membuat warungnya ramai dikunjungi.
”Dulu sudah pernah di lantai dua, tapi sepi sekali. Perhari cuma dapat Rp15 ribu sampai Rp20 ribu saja. Tapi kalau sudah jadi kebijakan, asalkan bersama-sama, ya kita mau-mau saja. Pasti nanti juga ramai,” ujar pedagang asal Bogeman, Kota Magelang ini.
Sumber: MAGELANG EKSPRES
0 komentar:
Posting Komentar