" Bersama PKS )|( , Membangun Magelang, Menuju Indonesia yang Adil dan Sejahtera, dengan : Cinta, Kerja, Harmoni "
Home » » Spring of Goliath [24 Ramadhan 658 H, Bagian 8]

Spring of Goliath [24 Ramadhan 658 H, Bagian 8]

Written By PKS KOTA MAGELANG on Minggu, 03 Februari 2013 | 3.2.13


24 Ramadhan 658 H


Bertemunya 2 Pasukan di Sahil Zir’in atau Jezreel Valley(arsiran kuning). 
Medan tempur dikelilingi perbukitan kecuali di arah utara dan sedikit di Tenggara.
PKS KOTA MAGELANG -- Tarikh, Ketika Qutuz dan pasukan Islam sudah pun berada di bumi Ain Jalut, datang sejumlah sukarelawan dari Palestina. Sebelum ini mereka menyembunyikan diri dari medan peperangan. Kesungguhan Qutuz dan qudwah yang ditunjukkan oleh beliau telah menghilangkan ketakutan mereka.Di samping itu, medan Ain Jalut juga dipenuhi dengan petani-petani, kanak-kanak dan wanita. sebagiannya ada yang telah tua dan uzur. Kesemuanya keluar untuk memberikan bantuan dalam bentuk yang mereka mampu. Qutuz benar-benar berhasil menggerakkan umat Islam kembali ke medan jihad.Di hari yang sama, datang seorang utusan kepada pasukan Islam dan memohon untuk bertemu dengan Qutuz. Dia memperkenalkan dirinya sebagai wakil Sorimuddin Aibak, seorang muslim yang dijadikan tawanan Mongol dan dipaksa mengabdi untuk pasukan Mongol. Wakil tersebut berkata bahwa dia membawa beberapa pesanan dari Sorimuddin Aibak untuk disampaikan kepada Qutuz.

Pesanan tersebut adalah beberapa pemberitahuan penting untuk pasukan Islam:

a. Pasukan Mongol tidak lagi sekuat sebelum ini. Hulaghu telah membawa sebagian pasukan dan panglima perangnya ke Tibriz, Iran karena kematian Ogadai Khan. Kekuatan mereka tidak lagi sekuat ketika mereka menakluk Syam.

b. Bagian kanan pasukan Mongol lebih kuat dari bagian kiri mereka. Dengan itu pasukan Islam hendaklah menguatkan bagian kiri mereka untuk menghadapi bagian kanan tersebut.

c. Asyraf al-Ayubi, Raja Hims yang sekarang ini bersama pasukan Mongol ingin kembali ke pangkuan pasukan Islam. Mereka akan melakukan tipu daya internal agar pasukan Mongol yang bersama mereka dapat dikalahkan.

Pemberitahuan ini diterima oleh Qutuz dengan penuh hati-hati, bimbang jika sekiranya ia adalah sebagian dari taktik dan tipu daya Mongol.

Semua ini terjadi pada siang 24 Ramadhan 658 H di Ain Jalut.

Pada malamnya Qutuz dan pasukan Islam melakukan tahajud dan memohon dari Allah demi kemenangan pasukan Islam dalam pertempuran esok hari. Malam itu adalah malam 25 Ramadhan dan kemungkinan ia adalah malam Lailatul Qadar. Mereka menghabiskan malam mereka dengan tahajud dan doa serta menyerahkan diri kepada Allah. Moga-moga Allah menerima mereka sebagai hamba-Nya dan memberikan kemuliaan kemenangan atau syahid di medan pertempuran esok hari. Moga-moga esok adalah hari di mana mereka boleh menebus semula kematian jutaan umat Islam di tangan Mongol.


JUM’AT, 25 RAMADHAN 658 H
Fajar menyingsing tiba. Hari yang dinantikan oleh pasukan Islam dan muslimin yang bersama dengan mereka sudah menjelma. Hari itu adalah hari Jum’at 25 Ramadhan 658 H.

Pasukan Mongol di bawah pimpinan Katabgha tiba dari arah utara. pasukan Islam bersembunyi di sebalik pohon-pohon. Pasukan kecil di bawah Baibras yang pada asalnya berjaga di sebelah utara dan menampakkan diri juga menyembunyikan diri mereka ketika pasukan Mongol tiba.

Qutuz memberikan arahan agar pasukan Islam keluar menampakkan diri secara bertahap, satu katibah (satuan militer dalam pasukan Mamluk) demi satu katibah.

Ketika katibah pertama turun dari bukit dan menghampiri pasukan Mongol, Katabgha dan pasukan Mongol terkejut ketakutan. Katibah ini turun dengan memakai pakaian berbelang putih dan merah. Keseluruhan peralatan senjata mereka dihias cantik. Mereka turun dalam keadaan tersusun. Pergerakan mereka sama dan seimbang.

Katabgha bertanya kepada Sorimuddin Aibak: “Pasukan apakah ini?” Sorimuddin menjawab: “Inilah katibah Sanqar ar-Rumi.”

Kemudian turun pula katibah kedua. Katibah ini memakai pakaian berwarna kuning dan membawa senjata yang berhias indah. Mereka juga turun dalam keadaan tersusun, pergerakan yang sama dan seimbang.
Katabgha bertanya kepada Sorimuddin Aibak: “Pasukan apakah ini?” Sorimuddin menjawab: “Inilah katibah Balban ar-Rasyidi.”

Kemudian turun pula katibah seterusnya dengan memakai pakaian berwarna lain. Setiap kali katibah baru turun, Katabgha akan bertanya kepada Sorimuddin: “Pasukan apakah ini?” Sorimuddin yang tidak mengetahui keseluruhan nama-nama katibah Mamalik mula mereka-reka nama tertentu untuk menambahkan ketakutan Katabgha.

Pasukan Mamalik terpecah kepada banyak katibah. Setiap katibah akan memakai warna tertentu yang membedakannya dengan katibah lain. Kuda mereka akan dihias dengan warna yang sama. Begitu dengan senjata, kemah dan bahkan rumah-rumah mereka di Mesir. Semuanya akan diwarnakan dengan warna katibah masing-masing.

Semua katibah ini adalah sebagian pasukan Islam yang dipimpin oleh Baibras. Induk pasukan yang masih banyak menyembunyikan diri bersama Qutuz.

Gendang mula dimainkan oleh pasukan gendang pasukan Islam. Sudah menjadi kebiasaan pasukan Mamalik, mereka akan meletakkan satu pasukan gendang di medan perang. Mereka memainkan irama yang akan memberikan isyarat tertentu kepada pasukan Mamalik.Isyarat tersebut hanya mampu dipahami oleh pasukan Mamalik. Setiap pergerakan pasukan akan ditentukan oleh gendang tersebut.

Pasukan Baibras sudah berada dekat dengan pasukan Katabgha. Peperangan sudah semakin dimulai.[bag.8|abu taritsa.06] 
-----
Sumber : 
http://en.wikipedia.org/wiki/Qutuz
http://en.wikipedia.org/wiki/Mamluk
http://id.wikipedia.org/wiki/Kitbuqa




Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Template Created : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2012. PKS KOTA MAGELANG - All Rights Reserved
ReDesign by PKS KOTA MAGELANG
Powered by Blogger