" Bersama PKS )|( , Membangun Magelang, Menuju Indonesia yang Adil dan Sejahtera, dengan : Cinta, Kerja, Harmoni "
Home » » Jika Cinta, Mengapa Menderita?

Jika Cinta, Mengapa Menderita?

Written By PKS KOTA MAGELANG on Sabtu, 16 Februari 2013 | 16.2.13

  Oleh : Cahyadi Takariawan
Penulis Buku "Wonderful Family", Senior Editor PT Era Adicitra Intermedia, 
Anggota IKAL-XLV, Pengasuh Pengajian Permata (Pernik-pernik Rumah Tangga)
Sudah sangat banyak penggambaran kondisi paradoks orang yang sedang dilanda jatuh cinta. Satu sisi, cinta memberikan banyak kegembiraan dan energi yang melimpah, namun di saat yang sama ternyata menimbulkan derita tiada tara. Bukankah ini paradoks. Jatuh cinta –konon katanya—sangat sulit dilukiskan situasinya dengan kata-kata. Namun gejala kegembiraan dan penderitaan mudah dirasakan oleh orang yang mengalami, dan mudah dilihat oleh orang-orang yang berada di sekitarnya.

Jatuh cinta tidak hanya dimiliki anak-anak muda. Orang tuapun bisa mengalaminya, bahkan saat sudah berusia lanjut usia. Tidak memandang usia dan jenis kelamin, jatuh cinta bisa melanda siapa saja yang menyediakan diri untuk mengalaminya. Jika anda termasuk orang yang menyediakan diri untuk jatuh cinta –apalagi berulang kali—pertimbangkan masak-masak kondisinya. Paradoks, dan seringkali tidak produktif.

Ceria, Namun Gelisah

Orang yang tengah mengalami jatuh cinta mendapatkan hati yang ceria dan berbunga-bunga. Namun pada saat yang sama, sering merasakan kegelisahan. Gundah, galau. Khawatir ditinggalkan, tidak sabar ingin segera bertemu, gelisah jika lama tak berjumpa. Penampilannya tampak berbeda, lebih rapi, dan lebih memperhatikan pakaian atau dandanan, termasuk asesorisnya. Namun sangat mudah dilanda perasaan gelisah dan resah. Tampak seperti orang bingung.

Ingin Selalu Bertemu, Namun Mau Apa?

Orang boros pulsa adalah orang yang sedang jatuh cinta. Telepon, SMS, chatting, dan berbagai sarana komunikasi lainnya. Pulsa membengkak tidak terasa. Itu adalah manifestasi perasaan ingin selalu bertemu, namun setelah bertemu bingung pula, mau melakukan apa? Ngobrol, sudah habis bahannya. Bohong, sudah sangat sering dilakukan. Akhirnya berjalan “ngalor ngidul”, bicara ngelantur, yang penting selalu bertemu atau mendengar suaranya.

Penderitaan Jatuh Cinta

Sebuah tembang Jawa, telah memberikan gambaran yang tepat akan penderitaan orang-orang yang sedang dilanda kasmaran. Wuyung, judul lagu tersebut, maknanya adalah jatuh cinta.

Laraning lara / Ora kaya wong kang nandhang wuyung / Mangan ora doyan / Ora jenak dolan, neng omah bingung / Mung kudu weruh / woting ati duh kusuma ayu / Apa ora trenyuh / sawangen iki awakku sing kuru / Klapa mudha leganana nggonku nandhang branta / Witing pari dimen mari nggonku lara ati / Aduh nyawa / Duh duh kusuma / Apa ora krasa apa pancen tega / Mbok mbalung janur / Paring usada mring kang nandhang wuyung….

Jika diterjemahkan secara bebas, maka kurang lebih maknanya seperti ini.

Sakitnya sakit / tidak seperti orang yang sedang jatuh cinta / makan terasa tidak enak / bepergian tidak nyaman, di rumah juga bingung / hanya ingin selalu melihat si tambatan hati / duhai bunga yang cantik / apa kamu tidak sedih / lihatlah badanku yang kurus ini / legakan perasaanku yang sedang kasmaran / biar sembuh sakit hatiku / aduh jiwaku / wahai bunga / apakah kamu tidak merasa, atau memang tega / berilah obat kepada yang aku sedang kasmaran….

Sakitnya Sakit, Itulah Jatuh Cinta

Sakitnya sakit, tidak ada yang lebih sakit daripada orang yang jatuh cinta. Begitu penggal pertama lagu tersebut. Luar biasa mengharu biru cara mengungkapkannya. Jatuh cinta justru dikatakan sebagai sakit yang paling sakit. Beberapa kalangan pujangga menyebutkan jatuh cinta itu adalah derita tanpa akhir. Makan tidak enak, tidur tidak nyenyak, bepergian tidak nyaman, di rumah pun bingung.

Seorang ulama, Ibnul Qayyim al-Jauzy menyatakan, “Jika engkau ingin tahu tentang siksaan pemburu dunia, maka renungkanlah keadaan orang yang sedang didera rasa cinta“. Hal ini menggambarkan, betapa para pemburu kenikmatan dunia justru berada dalam kondisi yang kontradiktif, karena jatuh cinta justru membuat mereka menjadi sakit.

Seorang penyair mengungkapkan :

Tidakkah di dunia ini ada orang yang lebih menderita dari pencinta / Meski ia mendapatkan cinta ini manis rasanya / Engkau lihat ia selalu menangis pada setiap keadaan / Karena takut berpisah, atau takut karena rindu mendalam / Ia menangis jika berjauhan, sebab didera kerinduan / Ia menangis pula saat berdekatan, sebab takut perpisahan / Air matanya mengalir saat bertemu / Air matanya mengalir saat berpisah.

Luar biasa penderitaan dan sakit yang muncul karena jatuh cinta. Ungkapan penyair tersebut memperkuat “laraning lara” dalam lagu Wuyung. Coba perhatikan penggalan kalimat penyair ini, “Air matanya mengalir saat bertemu / Air matanya mengalir saat berpisah”.

Maka, hati-hati menjaga hati. Jangan cepat jatuh cinta. Jangan cepat terpedaya. Bentengi diri dengan iman yang kuat. Jaga diri dengan akhlak mulia. Jaga interaksi agar tidak membawa derita. [edukasi.kompasiana.com]
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Template Created : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2012. PKS KOTA MAGELANG - All Rights Reserved
ReDesign by PKS KOTA MAGELANG
Powered by Blogger